Presiden RI Prabowo Subianto menyampaikan pengantar Sidang Kabinet Paripurna di Kantor Presiden, Istana Kepresidenan, Jakarta, pada Senin (5/5/2025). (Sumber: Biro Pers Sekretariat Presiden)
Bekasi Terkini - Presiden RI Prabowo Subianto menyebutkan bahwa Presiden Senat Kerajaan Kamboja Hun Sen dalam kunjungan kehormatannya ke Istana Merdeka pada Senin (5/5/25) mengaku akan mencari pasar ekspor baru karena produksi beras Indonesia yang melimpah.
Dalam Sidang Kabinet Paripurna terkait evaluasi enam bulan pemerintahan, Prabowo mengatakan produksi beras Indonesia menjadi hal pertama yang disampaikan Presiden Senat Hun Sen saat Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian menyambutnya saat tiba di Bandara.
Baca juga : Prabowo Yakin Indonesia Tak Lagi Impor Beras pada 2025
"Yang pertama disampaikan adalah kami perhatikan bahwa prestasi Indonesia luar biasa, produksi berasnya sangat baik sampai berlimpah. Ini akan berpengaruh pada kita karena biasanya Indonesia beli beras dari kita, tapi tahun ini Kamboja harus cari pasar baru karena Indonesia tidak akan impor," kata Prabowo saat memberikan pengantar Sidang Kabinet Paripurna di Kantor Presiden, Istana Kepresidenan, Jakarta, pada Senin (5/5/25).
Presiden menilai produksi beras Nasional yang berlimpah merupakan sebuah prestasi bagi Indonesia, bahkan memengaruhi pasar negara lain, mengingat Kamboja juga menjadi salah satu negara asal beras impor di Indonesia.
Hal ini bisa dibilang sebagai pencapaian besar bagi pemerintah dalam sektor pertanian, khususnya produksi beras dan jagung menunjukkan peningkatan signifikan pada tahun ini.
Baca juga : Kementan dan Polri Bersinergi Stabilkan Harga Ayam, Peternak Aman
"Salah satu prestasi kita yang dirasakan yang riil dan tidak bisa dibuat-buat adalah bahwa produksi beras dan jagung kita. Saya dapat laporan sekarang, sangat berhasil. Bahkan dibandingkan dengan tahun-tahun terdahulu," kata Presiden.
Kepala Negara mengungkapkan bahwa Sumatra Selatan yang biasanya memproduksi sekitar 3 juta ton beras per tahun, tahun ini diperkirakan akan mencapai 4 juta ton.
Rahmadina Sundari
Bagikan